Kamis, 15 November 2012


MAKALAH PERMASALAHAN GIZI DIKUKAR DAN KALTIM


I
PENDAHULUAN
A.                 Latar Belakang
Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi, Dewasa ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yakni masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu yang disertai dengan minimnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan. Dengan demikian, sebaiknya masyarakat meningkatkan perhatian terhadap kesehatan guna mencegah terjadinya gizi salah (malnutrisi) dan risiko untuk menjadi kurang gizi.
Tingginya angka kematian ini juga dampak dari kekurangan gizi pada penduduk. Mulai dari bayi dilahirkan, masalahnya sudah mulai muncul, yaitu dengan banyaknya bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR<2.5 Kg). Masalah ini berlanjut dengan tingginya masalah gizi kurang pada balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa sampai dengan usia lanjut.
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
Suatu penyakit timbul karena tidak seimbangnya berbagai faktor, baik dari sumber penyakit (agens), pejamu (host) dan lingkungan (environment). Hal itu disebut juga dengan istilah penyebab majemuk (multiple causation of diseases) sebagai lawan dari peiiyebab tunggal (single causation).
B.              Tujuan
a.       Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Nilai UTS Mata Kuliah Gizi dan Pangan Semester III
b.      Sebagai Bahan Pembelajaran dan Survei Dalam Mengetahui Kondisi Gizi dan Kesehatan Bagi Masyarakat Kalimantan Timur.
c.       Ikut Serta Dalam Mencari Solusi Bagi Permasalahan Gizi dan Kesehatan Pada Masyarakat Kalimantan Timur.



II
PEMBAHASAN
A.    Kutai Kartanegara Dan Gizi Buruk

          Angka Rp 4,7 Triliun adalah nilai APBD terbesar untuk sebuah kabupaten pada tahun 2011. Angka itu dimiliki oleh Kutai Kartanegara  (Kukar)sehingga menempatkan Kukar sebagai kabupaten 'terkaya' se-Indonesia. Namun sungguh ironi, penderita gizi buruk di Kaltim tahun 2011 ternyata paling banyak berada di Kukar.
            Berdasarkan survei Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim pada tingkat gizi anak-anak di 14 kabupaten-kota se-Kaltim tahun 2011, tercatat sebanyak 291 anak di Kaltim menderita gizi buruk, dengan Kabupaten Kukar menempati urutan pertama sebanyak 61 anak. Kasus gizi buruk terendah terjadi di Balikpapan dengan hanya 1     kasus.
             Terhadap data ini, Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Syafak Hanung cenderung 'menyalahkan' masyarakat. Menurut Hanung, masih banyaknya ditemukan penderita gizi buruk disebabkan minimnya kesadaran dan pemahaman orang tua terhadap posyandu bagi anak, sehingga informasi nilai gizi pada anak terabaikan.

                  Dinkes Kaltim pun akan menggerakkan  kader  kesehatan dan seluruh posyandu di setiap kecamatan di masing-masing kabupaten-kota se Kaltim, termasuk melibatkan orang tua dalam sosialisasi peningkatan gizi anak-anak. Saya hanya akan menyoroti Kukar. Seandainya fakta ini dijadikan tema perbincangan dalam sebuah forum, niscaya akan ada komentar miring dengan kalimat sejenis seperti di       bawah  ini:
"Kukar       daerah kaya,tapi          bikin    malu!"
"Gizi buruk Kukar tertinggi, ke mana saja APBD-nya? Dikorupsi ya?"
"Banyak pejabat Kukar tersangkut kasus korupsi, jembatannya runtuh, gizi buruk tertinggi. Ini bukti ada yang tidak beres dalam pengelolaan Kukar."
Tiga contoh komentar di atas bisa jadi mewakili suara masyarakat yang bernada marah, geram, sinis, antipati terhadap pemerintah Kukar. Pengamat dan tokoh politik di luar koalisi pemerintah pun mungkin saja bersuara sama alias mengkritik keras. Adapula  sebagian  kelompok pemuda dan mahasiswa berhaluan revolusioner ataupun moderat yang memilih aksi turun ke jalan alias demonstrasi sebagai      wujud  kepedulian            (versi     mereka).
                  Namun, apakah  komentar  miring, kritikan pedas, unjuk rasa mampu  mengubah situasi? Pada suatu keadaan di tempat dan waktu yang lain boleh jadi tindakan tersebut membawa hasil yang positif. Tetapi, Kukar adalah area tersendiri yang `istimewa'. Kultur politik, sosial dan budaya Kukar tak memungkinkan aksi frontal atau revolusioner dapat mengubah keadaan. Penguasa Kukar adalah representasi mayoritas kekuatan sosial politik. Begitu pula etnis asli                  Kukar telah terbiasa dalam kehidupan masyarakat yang tenang           dan     damai    tanpa   kekerasan.
                  Kita rakyat kecil tak punya kekuatan dan akses kekuasaan untuk memposisikan Kukar sesuai dengan predikatnya sebagai daerah terkaya dan masyarakatnya juga kaya lagi sejahtera. Keluh kesah, suara negatif, dan aksi protes tak dapat diandalkan dalam menyelesaikan masalah, sebaliknya hanya akan membuat sakit hati     saja.
                Rakyat Kukar sudah berpartisipasi mendukung pemerintah membangun kabupaten dengan menyukseskan pilkada, membuat keamanan dan ketertiban daerah yang kondusif, aktif berperan serta dalam PNPM Mandiri, dan program lainnya.
                 Rakyat Kukar telah menggunakan daya dan upaya sesuai kapasitasnya sebagai obyek pembangunan. Sebagai insan yang berketuhanan, kita mempunyai `senjata rahasia' yang ampuh. Ya, doa kepada Sang Pencipta adalah kekuatan manusia saat daya dan upaya     sudah   dilakukan.

Oleh: Yournalia Shagieta, warga Kukar
Tribun Kaltim - Sabtu, 28 Januari 2012 12:54 WITA



III
SOLUSI PERMASALAHAN
Menurut (Moehji, Sjahmien. 1999) kasus gizi buruk dan gizi kurang ditengarai akibat rendahnya pengetahuan orang tua mengenai gizi keluarga, faktor ekonomi keluarga yang tidak memadai, faktor sosial budaya serta sanitasi rumah tangga yang buruk sehingga anak tidak mendapat asupan gizi yang cukup dan mudah terkena penyakit infeksi.Masalah gizi di Indonesia ini harus ditanggulangi dengan pendekatan multi dimensional yang komprehensif dan tidak cukup hanya dengan memberikan makanan bergizi.
 Namun juga diperlukan usaha untuk meningkatkan pengetahuan orang tua akan gizi. Seperti bagaimana memberdayakan ayah dan ibunya agar mengetahui, mendapatkan dan mampu membudidayakan sumber pangan bergizi, serta mengolahnya dengan memperkecil kerusakan kandungan gizi dan bagaimana memberi makan pada anak. Hal ini termasuk menanamkan Perilaku Hidup Bersih Sehat dengan sanitasi rumah tangga. Budidaya sumber pangan selain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak juga ditujukan untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
Pemerintah dan sektor swasta berperan penting dalam menciptakan suasana kondusif dan memfasilitasi edukasi serta pemberdayaan masyarakat namun yang terpenting adalah kesadaran dan komitmen masyarakat itu sendiri untuk meningkatkan kesejahteraannya dan mewujudkan generasi muda anak-anak Indonesia yang sehat dan berkualitas.






IV
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Ada 4 faktor yang melatarbelakangi gizi buruk yaitu :ekonomi, sanitasi, pendidikan orangtua, dan perilaku orangtua. Kemiskinan salah satu determinan social-ekonomi, merupakan akar dariketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, dan tidak sehat serta ketidakmampuanmengakses fasilitas kesehatan. Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematiananak. Kurang kalori protein sesungguhnya berpeluang menyerap siapa saja, terutama bayidan anak yang tengah tumbuh-kembang.
Gizi buruk cenderung menyerang setelah merekaberusia 18 bulan. Penilaian status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjaminsetiap anggota masyarakat mendapatkan makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Giziyang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari. Kecukupan zat giziberpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak.Kasus gizi buruk bukanlah jenis penyakityang datang tiba-tiba begitu saja. Tetapi karena proses yang menahun terus bertumpuk danmenjadi kronik saat mencapai puncaknya. Masalah defisiensi gizi khususnyamenjadiperhatian karena berbagai penelitian menunjukan adanya efek jangka panjang terhadanp pertumbuhan dan perkembangan otak manusia.

B.                 Saran
Jika dalam kasus ataupun pembahasan yang kami angkat ini masih terdapat banyak kekurangan, maka saran dan kritik demi membangun kesempurnaan sebuah makalah ini sangat kami harapkan


















LAMPIRAN-LAMPIRAN

http://www.obat-xamthoneplus.com/wp-content/uploads/2012/05/gizi-buruk-1.jpg
http://sorayamillah.files.wordpress.com/2012/07/hamdan-usia-11-th-menderita-kurang-gizi-tumor-otak-brasal-dari-keluarga-kurang-mampu.jpg


http://sumutcyber.com/photo/dir052010/127527641830-5-gizi-buruk.jpg

http://pontianak.tribunnews.com/foto/bank/images/Gizi-buruk-12.jpg

1 komentar: